TEMA MINGGUAN:“Tekun menanti janji Tuhan”
TEMA BULANAN:“Kuasa kebangkitan Kristus memberi kemenangan”
Bahan Alkitab: Kisah Para Rasul 1:12-14; Yesaya 40:30-31
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kata
orang menanti adalah pekerjaan membosankan tetapi menanti janji Tuhan
mutlak bagi orang percaya. Dan menanti itu perlu tekun. Tema ini
diangkat didasarkan pada dua teks yang berbicara tentang
penantian umat akan janji Tuhan. Sikap menanti yang coba diangkat
berbeda dengan konsep umum, karena menunggu dapat berarti diam, statis,
tetap di tempat.
Tetapi menanti janji Tuhan yang dimaksud di sini adalah
justru dengan bertekun dalam doa. Semangat penantian ini dilandasi pada
keyakinan atas kebangkitan Yesus yang memberi kemenangan. Oleh karena
itu, dengan tekun mereka menantikan janji Tuhan, yaitu datangnya Roh
Kudus.
Tema ini
memang perlu diangkat karena ini harus menjadi gaya hidup orang percaya
di era demokrasi modern sekarang ini. Menghadapi serbuan dan godaan
dunia, maka ketekunan gereja dalam berdoa adalah senjata ampuh. Bagi
gereja menanti dengan tekun akan melahirkan kekuatan dan semangat baru, seperti pada burung rajawali yang memiliki kemampuan bertahan dan memperbaharui diri.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kata
“kembali” (hupostrepho) dalam Kisah 1:12 bukan hanya bermakna pulang ke
Yerusalem. Tetapi lebih daripada itu mengandung pengertian bahwa kini
para murid kembali berbalik dari sikap terpaku, terpana (band, ayat 11
kata melihat, atenizo = melihat secara alama dan tetap tanpa melakukan
sesuatu); kepada kesadaran, semangat dan sikap baru. Ketika mereka
berbalik dan berubah dari ketakjuban akan sesuatu yang supranatural,
mereka kini sadar pada realitas dunia yang harus mereka hadapi. Pesona
ilahi memang mampu memaku mereka, tetapi itu tidak berlangsung lama dan
memang tidak boleh lama.
Oleh
karena itu, kembalinya para murid ke Yerusalem adalah sebuah perubahan
yang sangat penting bagi diri mereka, tetapi juga bagi karya keselamatan
yang sudah dikerjakan oleh Yesus. Waktu mereka kembali ke Yerusalem,
mereka tetap berkumpul, bertekun dan satu hati. Kata bertekun
(proskatereo) artinya menyibukkan diri, berhubungan karib (band.
Kis.8:13), melayani secara pribadi (band. Kis.10:7) menghabiskan banyak
waktu (band. Kis.2:46).
Kematian
Yesus membuat mereka bingung, kenaikan Yesus ke Sorma membuat mereka
terpaku; maka kembalinya mereka ke Yerusalem adalah sebuah perubahan.
Dalam mana mereka kemudian bertekun dengan saling melayani, saling
mendoakan, saling menasihati, saling menguatkan satu dengan yang lain,
secara pribadi mereka lebih saling mengenal sehingga kesehatian mereka
semakin kuat. Mereka menunggu bukan dengan berdiam diri atau mengurung
diri semata tetapi mereka banyak menghabiskan waktu untuk berdoa. Dengan
kata lain, janji Tuhan akan digenapi pada orang-orang yang memiliki
ketekunan seperti para rasul. Janji Tuhan dianugerahkan kepada mereka
yang berdoa. Penantian akan janji Tuhan bukan membuat semangat menjadi
loyo, harapan menjadi hilang. Tetapi penantian itu melahirkan satu gaya
hidup baru. Justru dalam penantian mereka seolah-olah mendapat satu
kekuatan baru melalui doa.
Orang yang
menanti-nantikan Tuhan itu seperti burung rajawali. Biasanya saat
rajawali berumur 40 tahun, paruhnya itu sudah bengkok, cakar sudah tidak
tajam, dan bulu-bulunya sudah tebal. Kalau ingin mencapai usia 70
tahun, maka ia harus melewati satu masa, kurang lebih enam bulan, dimana
ia harus memilih tinggal di pegunungan yang sangat tinggi. Nanti di
sana ia akan bertransformasi sehingga tumbuh paruh, kuku dan bulu yang
baru. Setelah masa ini selesai, maka rajawali dapat terbang dengan
kekuatan yang sungguh-sungguh baru. Orang yang menunggu janji Tuhan
tidak akan pernah menjadi lesu dan lelah, ia akan memiliki semangat,
kemampuan dan kekuatan yang selalu baru. Masa menanti itu sesungguhnya
adalah masa aktif, masa berbuat, masa bertindak, masa banyak berdoa dan
saling melayani.
Makna dan Implikasi Firman
Ketekunan
adalah respons iman sebagai wujud ketaatan kita pada Kristus. Ketekunan
adalah wujud dari perubahan nilai dan sikap hidup yang membentuk pola
prilaku baru. Ketekunan itu dilakukan bukan karena maunya, ada udang di
balik batu. Tetapi ketekunan itu sudah menjadi bagian integral dari gaya
hidup beriman. Ini bisa kita lihat bahwa setelah para murid menerima
Roh Kudus, ketekunan itu tetap dilakukan, bahkan menjadi gaya hidup
mereka.
Di era
demokrasi modern sekarang ini, Gereja membutuhkan ketekunan dan
ketekunan membutuhkan komitmen. Ketekunan itu adalah modal dalam
menegakkan keadilan dan kebenaran dalam masyarakat. Karena dengan
bertekun dalam doa, pelayanan bersama dan membina hubungan akrab satu
dengan yang lain menjadi kekuatan yang besar dalam menghadapi pelbagai
persoalan di tengah masyarakat. Contohnya: ada prinsip-prinsip demokrasi
yang dilanggar, a.l. pengakuan terhadap HAM, lebih khusus lagi pada
kebebasan beragama. Situasi ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
kondisi para murid sepeninggal Yesus. Iman mereka membuat mereka terus
dalam tekanan dan incaran, baik dari orang Yahudi maupun tentara Romawi.
Tetapi mereka tetap bertekun dalam doa, pelayanan bersama dan membina
hubungan akrab satu dengan yang lain. Jadi, ketekunan itu adalah
kekuatan internal yang menjadi benteng yang kokoh menghadapi
tantangan/kekuatan eksternal. Tetapi ada gereja berpemahaman kalau kuat
finansial, maka tantangan eksternal pasti dapat diatasi. Bukan bertekun
dalam doa, tetapi bertekun dalam dana dan daya. Harus diingat bahwa
ketekunan berawal dari komitmen. Komitmen dengan siapa? Tentu saja
komitmen dengan Tuhan. Gereja yang tidak memiliki komitmen dengan Tuhan,
tetapi lebih memilih uang atau sumber daya manusia, atau fasilitas, dll
maka ini merupakan pengingkaran terhadap hakekat gereja. Secara
perorangan dia hanya sekedar simpatisan gereja dan secara organisasional
semata-mata hanya sebuah lembaga atau badan usaha atau badan sosial.
Gereja adalah gereja kalau dia selalu bergantung pada pekerjaan kuasa
Roh Kudus.
Kembalinya
para murid ke Yerusalem menandai satu babak baru, yaitu masa penantian
akan datangnya Roh Kudus. Masa ini adalah masa rohani atau waktu-waktu
khusus yang berfokus pada Tuhan, tetapi juga masa penajaman kepedulian
dan hubungan antara pribadi. Bagi kita ibadah menjadi masa rohani, yaitu
menjadi tempat kita mencari dan mendapatkan kekuatan dari Tuhan bukan
sebaliknya tempat menunjukkan power kita. Kalau kita merasa kuasa
atau kekuatan dalam hidup sehari-hari, maka sebelum masuk ruang ibadah
tinggalkan itu semua di luar, jangan dibawa masuk.
Sekarang
ini kita tetap menantikan janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita, baik
pribadi, keluarga, jemaat, berbangsa dan bernegara. Bahkan dalam konteks
yang lebih besar, yaitu masa penantian kedatangan Tuhan Yesus yang
kedua kali. Sehingga dalam masa ini kita tetap harus memiliki semangat
dan kekuatan yang tidak boleh habis atau pudar. Seperti sifat burung
rajawali yang suka hidup berkelompok, maka kita akan tetap kuat, tidak
letih, lesu kalau kita hidup dalam persekutuan bersama. Kalau rajawali
tetap berjuang walau angin kencang, maka orang yang menantikan Tuhan pun
akan tetap maju berjuang walau angin badai persoalan menerpa. Kalau
rajawali mampu terbang tinggi untuk melihat sasaran yang lebih luas,
maka orang yang menantikan Tuhan akan selalu memiliki cakrawala pandang
dan daya pikir yang luas.
PERTANYAAN DISKUSI
- Apa yang dilakukan para rasul ketika mereka kembali dari Bukit Zaitun?
- Bagaimana gereja sekarang yang masih memiliki gaya hidup para rasul? Jelaskan!
NAS PEMBIMBING: Yesaya 30:18
POKOK-POKOK DOA
- Bagi warga gereja agar tetapi memiliki ketekunan berdoa.
- Bagi warga gereja agar tetap aktif dalam persekutuan gereja dan ibadah.
- Anggota keluarga dan sesama anggota jemaat agar tetap saling mendoakan, menguatkan dan menasehati.
- Bagi gereja agar semakin memantapkan kualitas dari pelayanan doa.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian Pembukaan: NNBT No.4
Sesudah Pengakuan Dosa: NNBT No.10
Sesudah Janji Anugerah Allah: NNBT No.17
Sesudah Puji-pujian: NNBT No.1
Sesudah Pembacaan Alkitab: NKB No.143
Persembahan: KJ No.188
Penutup: Bagai Rajawali
Nyanyian Pembukaan: NNBT No.4
Sesudah Pengakuan Dosa: NNBT No.10
Sesudah Janji Anugerah Allah: NNBT No.17
Sesudah Puji-pujian: NNBT No.1
Sesudah Pembacaan Alkitab: NKB No.143
Persembahan: KJ No.188
Penutup: Bagai Rajawali
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar putih dengan simbol salib berwarna kuning dan setangkai bunga bakung yang sangat mekar.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar