TEMA MINGGUAN:
"Dipanggil untuk menghadirkan Pendamaian"
TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus Memberi Kemenangan"
BAHAN ALKITAB:
Zakaria 8:9-19; 2 Korintus 5:11-21
Karena itu, dengan dinafasi oleh tema tahunan "Kehidupan Kristiani Yang Demokratis", tema bulanan: "Kuasa Kebangkitan Yesus Memberi Kemenangan" dan tema mingguan: “Dipanggil Untuk menghadirkan Pendamaian”, diharapkan dapat memotivasi kita: baik sebagai pribadi, keluarga, jemaat dan masyarakat, untuk melihat betapa pentingnya keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus untuk ditransformasikan ke dalam pekerjaan pelayanan yang berdaya guna dan berhasil guna.
"Dipanggil untuk menghadirkan Pendamaian"
TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus Memberi Kemenangan"
BAHAN ALKITAB:
Zakaria 8:9-19; 2 Korintus 5:11-21
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Arus modernisasi telah membuat orang-orang mengalami pergeseran nilai, kalau bukan dikatakan kehilangan identitas, apalagi di era post-modernisme dengan segala roh-roh zaman sebagai ikutannya, yakni roh individualisme, roh materialisme dan roh konsumerisme.
Rasanya ayat-ayat
Alkitab hampir-hampir tidak bisa menyentuh atau mengubah pola hidup dan
pola pikir hedonistis (=kenikmatan) yang begitu merasuk dan mempengaruhi
sikap hidup masyarakat yang sangat terkontaminasi dengan roh-roh zaman
di atas. Budaya “mapalus” yang begitu luhur dan dibangga-banggakan
secara kultural di dalam hidup berjemaat, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara mulai tergusur dan tersingkir, diganti dengan mentalitas
mencari kesenangan pribadi, keluarga, kelompok maupun golongan.Arus modernisasi telah membuat orang-orang mengalami pergeseran nilai, kalau bukan dikatakan kehilangan identitas, apalagi di era post-modernisme dengan segala roh-roh zaman sebagai ikutannya, yakni roh individualisme, roh materialisme dan roh konsumerisme.
Karena itu, dengan dinafasi oleh tema tahunan "Kehidupan Kristiani Yang Demokratis", tema bulanan: "Kuasa Kebangkitan Yesus Memberi Kemenangan" dan tema mingguan: “Dipanggil Untuk menghadirkan Pendamaian”, diharapkan dapat memotivasi kita: baik sebagai pribadi, keluarga, jemaat dan masyarakat, untuk melihat betapa pentingnya keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus untuk ditransformasikan ke dalam pekerjaan pelayanan yang berdaya guna dan berhasil guna.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
A. ZAKHARIA 8:9-19
Tahun 539 SM, Koresh raja Persia
mengizinkan orang-orang Israel di Babilonia pulang ke Yerusalem untuk
merestorasi atau membangun kembali Bait Allah yang pernah dihancurkan
oleh tentara Nebukadnezar pada tahun 587 SM. Sesampainya di Yerusalem,
mereka segera meletakkan fondasi Bait Allah berfungsi sebagai pusat
peribadatan dan pembinaan umat. Mereka agaknya kehilangan semangat untuk
membangun karena segala sesuatu harus mulai dari awal lagi.
Sejarah Israel mengenal tradisi
yang mengatakan bahwa melalui Abraham, semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat (Kej.12:3). Dalam Deutro Yesaya, orang-orang buangan
dilihat sebagai keturunan Abraham (Yes.41:8). Nyanyian-nyanyian tentang
Hamba Tuhan berisi semangat misi bangsa-bangsa.
Trito Yesaya yang berasal dari
zaman sesudah pembuangan masih menyuarakan pandangan yang sama. Karena
itu, berkaitan dengan pandangan itu muncul konsep tentang Sisa, Hamba
Tuhan dan kelompok-kelompok Yahudi Saleh (Hasidim, Farisi, Essenen dan
Saduki). Baik nabi Yesaya, terutama Trito Yesaya (Yes.60:21b; 61:3,9);
Yehezkiel (36:25,8); dan Zakharia (8:11, 14-17, 20-21), mulai
mengembangkan konsep tentang "Sisa yang Setia" atau "Sisa Yang Kembali" (Ibr. Syear Yasyub) menyatakan bahwa akan ada "remnant" atau "sisa"
yang diharapkan lebih berkualitas. Karena itu, diperlukan pertobatan
umat Allah serta pembaharuan hidup yang bisa mempengaruhi bangsa-bangsa
untuk datang dan mencari kemuliaan Tuhan di Yerusalem (Za.8:20-21).
Kehadiran "Sisa Yang Setia" bukan karena kesetiaan umat itu
sendiri, melainkan karena pengasihan Tuhan semata-mata. Motivasi nabi
Hagai (520 SM) dan Zakharia (520-5-18 SM) telah menggugah bangsa Yehuda
untuk bangun dari keterpurukannya, terutama untuk merestorasi atau
membangun kembali Bait Allah yang hancur di zaman Nebukadnezar (587 SM).
Bentuk-bentuk perendahan diri (=puasa) akan diganti dengan sukacita
karena umat itu mau berubah dan mengingat kembali visi dan misi mereka.
B. 2 KORINTUS 5:11-21
Rasul Paulus mengingatkan kepada
jemaat di Korintus, bahwa setiap orang yang mengalami keselamatan di
dalam Kristus harus selalu belajar "takut" akan Tuhan. Takut di sini
tidak seperti takut hantu, tetapi mengandung arti: hormat, tunduk, taat
dan setia kepada Tuhan sebagai Hakim. Karena itu, jemaat Korintus
diharapkan bermegah bukan pada hal-hal lahiriah tetapi pada hal-hal
batiniah, sebagaimana dikatakan dalam 1 Kor.1:31, "Barangsiapa yang
bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan". Kalaupun Paulus begitu
entusias dan bergairah dalam melayani, itu semua semata-mata karena
Tuhan, tetapi dalam menghadapi jemaat ia menahan diri dan memberi
kesempatan bagi jemaat untuk bermegah di dalam Tuhan. Justru karena
kasih Kristus yang menguasai Paulus, sehingga ia rela menderita kerugian
dalam segala sesuatu karena Kristus. Karena Kristus telah mati di kayu
salib sebagai "penggantian" dan "pendamaian" untuk semua orang terutama
bagi mereka yang bertobat dan percaya kepada-Nya, maka tiap orang wajib
hidup untuk kepentingan banyak orang dan bukan hanya berpikir bagi
kepentingan diri sendiri. Dengan kematian Kristus, keadilan Allah
dinyatakan dan kita dibenarkan. Inilah dasar pengudusan
kita (Rm.6:11). Sebelum Paulus diselamatkan dalam perjalanan ke
Damsyik, Ia menilai Kristus menurut ukuran manusia, tetapi ketika ia
bertobat ia tidak lagi menilai Kristus menurut ukuran demikian. Kita
yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus, kita diubah oleh Roh
Kudus dan menjadi ciptaan baru. Dan semua perubahan sikap itu datang
dari Allah, bukan karena kesanggupan kita untuk berubah. Jadi, setiap
orang yang percaya kepada Kristus mendapat tugas mewartakan keselamatan
di dalam Kristus tanpa harus mengurangi atau menambahkan hal-hal yang
tidak perlu. Sebagai ciptaan baru kita harus belajar mendamaikan diri
sendiri, dengan sesama kita, dengan lingkungan hidup, dan dengan Tuhan.
Makna dan Implikasi Firman
Kadang-kadang kita tidak menyadari
bahwa pekerjaan pelayanan Gereja hakikatnya adalah pekerjaan Allah
sendiri di dalam Yesus Kristus. Tidak jarang kita terpaku pada: apakah
kita sanggup melakukan tugas pelayanan atau tidak? Banyak pekerjaan
pelayanan yang kita programkan dan lakukan terkesan "menyerah sebelum
bertanding". Bahkan, seringkali orientasi berpikir kita selalu tertuju
pada: siapa yang akan membantu kita? Cukupkah dana yang tersedia untuk
pembangunan dan pelayanan? Adakah bantuan dari pihak pemerintah atau
dari donatur tertentu? Padahal, sekali lagi pekerjaan pelayanan adalah
pekerjaan Tuhan sendiri. Karna itu, kualitas pelayanan Gerja harus
bertumpu pada basis keluarga-keluarga, dan tidak bergantung pada pihak
luar, kendati pihak luar pun penting, Ingat, bahwa Tuhan harus selalu
menjadi Kepala Gereja dan Dasar Pelayanan kita dari waktu ke waktu.
Tidak jarang muncul istilah, "sei reen?" atau "sapa dulu?" atau "sapa kita?"
dalam kerja pelayana kita. Kesombongan rohani seperti itu sering
membuat kita lupa bahwa pekerjaan kita, baik di dalam gereja, di
pemerintahan maupun di instansi lain, termasuk tengah masyarakat,
hakikatnya adalah pengejawantahan atau perwujudan dari pekerjaan Allah
yang harus kita kerjakan untuk menjawab keberadaan kita sebagai
orang-orang yang telah bertobat dan percaya pada pengorbanan Kristus
lewat kematian dan kebangkitan-Nya bagi kita.
Karena itu Pembinaan Warga Gereja
harus menjadi motor penggerak utama bagi seluruh warga gereja untuk
mampu berpikir inklusif, rasional dan inovatif dalam menghadapi gejolak
kemajaun dewasa ini yang sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi dan terjadinya pergeseran nilai yang luar biasa dan makin
mengarah pada hal-hal destruktif/merusak tatanan masyarakat "gerejawi"
kita.
Meskipun kemajuan di banyak bidang
kehidupan makin marak, tetapi kita harus mampu terus mengikat pinggang,
menabung dan tidak membiarkan roh individualisme, materalisme dan
konsumerisme mengobrak abrik kehidupan masyarakat kita di masa depan.
Peribahasa: "Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna",
perlu menginsyafkan kita agar kita mampu mawas diri dengan pelbagai
program gereja yang sering banyak berbicara tentang uang, atau kegiatan
pesparawi yang hanya berhura-hura dan menghabiskan banyak biaya,
dampaknya bagi ibadah-ibadah gereja dan pertumbuhan iman kurang sekali,
padahal moralitas manusianya mulai terdegradasi.
Kita terpanggil untuk membangun
kehidupan keluarga yang kuat, baik dari segi jasmani maupun rohani,
menghindarkan banyak kekerasan dalam rumah tangga akhir-akhir ini, serta
jiwa hedonistik yang luar biasa, hal ini berdampak pada buruknya moral
hidup orang percaya, terutama dengan tingginya HIV/AIDS dan masalah
trafficking/perdagangan wanita dan anak dewasa ini.
Gereja harus punya visi dan misi
yang jelas, terukur dan bisa mempengaruhi kehidupan berjemaat,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Gereja sedang memasuki persiapan ke arah pemilihan Pelsus untuk periode 2013-2017 nanti, harus lebih memfokuskan perhatian pada tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, handal/tangguh, berkualitas, rendah hati, dan berorientasi pada kepentingan umum. Gereja harus mengajar orang untuk tidak terlibat "money politics" dalam pemilihan Pelsus di depan. Gereja harus yang terdepan dan memberi keteladanan, baik dalam berpikir, berkata dan bertindak, tidak dipergunjingkan orang, tidak bermoral rendah, tidak makang puji, tetapi berjiwa "hamba" yang sungguh-sungguh mau mengabdi kepada Tuhan, Sumber Keselamatan itu sendiri.
Gereja sedang memasuki persiapan ke arah pemilihan Pelsus untuk periode 2013-2017 nanti, harus lebih memfokuskan perhatian pada tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, handal/tangguh, berkualitas, rendah hati, dan berorientasi pada kepentingan umum. Gereja harus mengajar orang untuk tidak terlibat "money politics" dalam pemilihan Pelsus di depan. Gereja harus yang terdepan dan memberi keteladanan, baik dalam berpikir, berkata dan bertindak, tidak dipergunjingkan orang, tidak bermoral rendah, tidak makang puji, tetapi berjiwa "hamba" yang sungguh-sungguh mau mengabdi kepada Tuhan, Sumber Keselamatan itu sendiri.
PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa yang saudara pahami dari dua bagian bacaan di atas?
2. Coba identifikasikan apa yang saudara dapatkan dari masing-masing perikop itu?
3. Bagaimanakah pandangan saudara terhadap gagasan dari dua perikop tersebut dihubungkan dengan realitas hidup di jemaat dan masyarakat saudara?
1. Apa yang saudara pahami dari dua bagian bacaan di atas?
2. Coba identifikasikan apa yang saudara dapatkan dari masing-masing perikop itu?
3. Bagaimanakah pandangan saudara terhadap gagasan dari dua perikop tersebut dihubungkan dengan realitas hidup di jemaat dan masyarakat saudara?
NAS PEMBIMBING: 1 Petrus 2:9,10
POKOK-POKOK DOA
- Memohon kekuatan Roh Kudus untuk memampukan kemandirian berjemaat.
- Pentingnya Pembinaan Warga Gereja secara terus menerus.
- Persiapan Pemilihan untuk periode 2014-2017
- Hidup jemaat yang perlu diperbaharui dari waktu ke waktu
- Memohon kekuatan Roh Kudus untuk memampukan kemandirian berjemaat.
- Pentingnya Pembinaan Warga Gereja secara terus menerus.
- Persiapan Pemilihan untuk periode 2014-2017
- Hidup jemaat yang perlu diperbaharui dari waktu ke waktu
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: Hari Minggu Bentuk I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: NNBT No.1,2
Ses. Nas Pembimbing: NNBT No.6
Pengakuan Dosa & Berita Anugerah Allah: NNBT No.10:1,2
Ses. Pengakuan Iman: NNBT No.32
Ses. Hukum Tuhan: NNBT No.26
Persembahan: NNBT No.37;38
Penutup: NNBT No.28:1,3
Ses. Nas Pembimbing: NNBT No.6
Pengakuan Dosa & Berita Anugerah Allah: NNBT No.10:1,2
Ses. Pengakuan Iman: NNBT No.32
Ses. Hukum Tuhan: NNBT No.26
Persembahan: NNBT No.37;38
Penutup: NNBT No.28:1,3
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar putih dengan simbol salib berwarna kuning dan setangkai bunga bakung yang sedang mekar.
Warna dasar putih dengan simbol salib berwarna kuning dan setangkai bunga bakung yang sedang mekar.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar