Minggu, 24 Maret 2013

MTPJ 24-30 Maret 2013

TEMA BULANAN  : “Penderitaan sebagai bagian dari proses realisasi iman”
TEMA MINGGUAN : “Menguasai dengan cara menderita”
Bahan Alkitab : Yesaya 52:13-15; Yohanes 18:38b-19:16a

Alasan Pemilihan Tema   
Ada pepatah mengatakan : berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Artinya bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Jika pepatah ini dihubungkan dengan kekuasaan, maka tidak ada kekuasaan yang dimiliki seseorang secara instan. Misalnya untuk mendapatkan kekuasaan orang mengandalkan uang, jabatan, keluarga dan status sosial.

Seharusnya kekuasaan itu dibarengi dengan perjuangan bahkan penderitaan yang menuntun seseorang mencapai kemenangan. Sosok hamba Tuhan yang diurapi dan diberi kuasa oleh Tuhan untuk melayani, ternyata tidaklah sepi dari pergumulan dan penderitaan. Tetapi itulah realitas yang dijalani-Nya yaitu realitas via dolorosa sebagai suatu proses yang menuju kemenangan. Dan di dalam kemenangan ada kekuasaan dan kemuliaan. Dialah Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat dunia. Jadi menderita adalah cara yang ditempuh-Nya untuk memperoleh kekuasaan yang dinugerahkan Allah untuk kemenangan-Nya yang memberi keselamatan bagi seluruh umat manusia. Dasar pemahaman inilah yang memberi makna pada tema kita yaitu menguasai dengan cara menderita. Jadi kekuasaan yang dimiliki Yesus sehingga Ia dapat menguasai dunia serta segala isinya tidak secara instan, tetapi melalui cara menderita, sengsara dan mati dan kemudian bangkit. Karena itu mederita sebagai hamba Tuan memberi inspirasi, motivasi serta refleksi agar kita tidak putus asa dan kecewa menjadi hamba Tuhan tetapi rela menerima realitas penderitaan untuk menuju kesuksesan dalam pelayanan.

Pembahasan Tematis§ Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
     Mencermati Yesaya 52 : 13-15 memberi informasi tentang hamba Tuhan yang menderita. Tentang hamba Tuhan itu sebagaiana dikatakan Yesaya bahwa begitu banyak orang akan tertegun melihat Dia, begitu buruk mukanya, bukan seperti anak manusia lagi. Tetapi Ia akan membuat tercengang banyak bangsa, Raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat Dia. Apa yang tidak diceritakan kepada mereka tentang Hamba itu akan mereka lihat dan apa yang mereka tidak dengar tentang Dia akan mereka pahami. Dengan demikian Ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Itulah gambaran Yesaya kepada hamba Tuhan yang menderita itu. Namun penderitaannya bukan tanpa akhir, karena pada gilirannya Tuhan Allah akan menolongnya (Yesaya 50 : 7-9). Jika Allah menolong karena itulah sifat Allah sendiri. Selain penolong, Allah itu Mahatinggi, Mahamulia, Mahakudus, tetapi dalam kemuliaan-Nya Allah solider dengan manusia. Sebab itu Ia juga bersama-sama dengan orang yang remuk atau menderita untuk menghidupkan hati orang yang remuk dan menghidupkan semangat orang yang rendah hati (Yesaya 57 : 15). Solidaritas Allah memberi pertolongan bagi hamba yang menderita ini membuat banyak bangsa “tercengang” dan menjadikan mereka yakin akan Allah.
Yohanes 18 : 38b-19:16b, memperjelas siapa sesungguhnya hamba Tuhan yang menderita itu, Dialah Yesus Kristus. Penginjil Yohanes mengemukakan tentang penderitaan Yesus itu yang diawali dari penangkapan-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan tentang kematian-Nya tidak dapat dipisahkan dengan sosok Pilatus Gubernur Wilayah Yudea. Pilatus meyerah kepada tuntutan orang-orang Yahudi yang meminta agar Yesus disalibkan dan dihukum mati. Dari catatan firman ini dapat terlihat reaksi Pilatus ketika orang-orang Yahudi mengeksekusi Yesus untuk disalibkan.
Ada upaya negosiasi Pilatusdengan orang-orang Yahudi agar Yesus dibebaskan dari tuntutan mereka karena ia tidak mendapati Yesus bersalah (ay.39). Pilatus mau membebaskan Yesus pada perayaan paskah seperti kebiasaan untuk membebasakan orang yang telah dijatuhi hukuman. Namun pilihan orang-orang Yahudi untuk dibebaskan ternyata bukan Yesus tetapi Barabas seorang penyamun.
Tuntutan orang-orang Yahudi adalah supaya Yesus disalibkan maka Pilatus menyuruh orang untuk meyesah (memukul) Yesus. Prajurit-prajurit memakaikan mahkota duri di kepala-Nya, memakaikan jubah ungu, mereka memberi salam ejekan kepada-Nya, mereka menampar muka-Nya.
Usaha terakhir dari Pilatus untuk membela Yesus dengan mengatakan bahwa Ia tidak mendapati kesalahan apapun kepada-Nya. Namun imam-imam kepala dan penjaga-penjaga berteriak salibkan Yesus. Pilatus menyerah dan berkata kepada mereka ambillah Dia dan salibkan Dia karena menurut hukum Yahudi, bahwa Yesus harus dihukum mati alasannya karena Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.
Pilatus “so” kuasa mengatakan tidakkah Engkau mau bicara dengan aku! Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa membebaskan Engkau? Namun ungkapan Pilatus “dikonfrontir” Yesus dengan mengatakan engkau tidak punya kuasa jika kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.
Berkaitan dengan hari persiapan paskah dan kemudian berkatalah Pilatus kepada orang-orang Yahudi dan mengatakan inilah rajamu, haruskah aku menyalibkan rajamu? Tetapi mereka menjawab: kami tidak punya raja selain kaisar. Dan akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan.
Jadi, Pilatus mau mempertahankan “status quo”  (KEKUASAAN) dengan mengorbankan kata hati, kebenaran orang lain dan takut menderita dan kehilangan kekuasaan. Berbeda dengan Yesus, rela menderita dalam menunjukkan ketaatan.

§ Makna dan Implikasi Firman
     
Ternyata penderitaan adalah jalan yang ditempuh oleh hamba Tuhan untuk memperoleh keberhasilan bahkan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Karena itu tidak selamanya penderitaan berarti kegagalan dan ketiadaan harapan sehingga membuat pesimis.
Manusia terkadang tidak memahami rencana Tuhan. Mungkin saja penderitaan merupakan jalan untuk memperoleh keberhasilan dan kebahagiaan hidup. Karena itu penderitaan jangan dimengerti, hanya pada penderitaan itu, tetapi dilihat secara iman sebagai tanda ketaatan pada Tuhan. Karena itu pemaknaan terhadap penderitaan harus dicermati secara bijaksana. Adalah benar yang dikatakan orang bijak bahwa sengsara dapat membawa sukacita.
Berbeda dengan Pilatus seorang pemimpin yang tidak tegas atau plin-plan dalam memberi keputusan karena lebih mengakomodir tututan orang-orang Yahudi untuk menyalibkan Yesus padahal tidak bersalah. Pilatus mencuci tangn dimuka umum terhadap persoalan yang dihadapi hanya karena mempertahankan jabatan yang diembannya. Gereja dalam kiprah pelayanannya selalu dengan penderitaan. Karena itu jangan kecewa menjadi anggota gereja/jemaat Kristen tapi kita harus bangkit dalam perjuangan kita barsama menegakkan eksistensi Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa dan yang menyelamatkan umat manusia.

Pertanyaan Diskusi1. Bagaimana pemahaan saudara tentang Hamba Tuhan san kekuasaan menurut perikop?
2. Bagaiana kita memandang realitas penderitaan kita dihubngkan dengan penderitaan Yesus?

Nas Pembimbing: Yakobus 1 : 12

Pokok-pokok DoaPara hamba-hamba Tuhan yang menderita karena pekerjaan pelayanan.Gereja-Gereja Tuhan baik sebagai pribadi maupun institusi yang menderita dalam melaksanakan Tritugas Gereja: bersaksi, bersekutu dan melayani.Pemerintah RI agar dapat menegakkan keadilan dan HAM terutama di bidang keagamaan sehingga semua bebas menjalankan agamanya di Indonesia tanpa memandang mayoritas dan minoritas sehingga tidak ada warga Negara yang menjalankan agama berada dalam tekanan warga lainnya.

Tata Ibadah yang Diusulkan: Hari Minggu Sengsara VI
Nyanyian yang Diusulkan:Pembukaan: NNBT No.1:1-3
Ny. masuk: NNBT No.9:1-3
Sesudah Pengakuan Dosa: KJ No.27:1-2
Sesudah Berita Anugerah: KJ No.36:1-4
Sesudah Ajakan Mengikut Yesus: KJ No.376:1-4
Sesudah Membaca Alkitab: KJ No.53:1-3
Persembahan: NKB No.133:1-3
Penutup: NKB No.129:1-3

Aribut yang Digunakan :Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar