TEMA BULANAN : | “Penderitaan sebagai bagian dari proses realisasi iman” |
TEMA MINGGUAN : | “Bertahan dalam pencobaan” |
Bahan Alkitab | [Ulangan 8 : 1-6; Matius 4 : 1-11] |
Alasan Pemilihan Tema
Pada dasarnya semua orang ingin hidup senang, sejahtera, aman tanpa melewati kesukaran. Ada banyak orang yang beranggapan bahwa kalau kita menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh, maka Tuhan aka menolong dan memberkati kita dalam segala hal, baik dalam kesehatan, keuangan, pekerjaaan, studi, dsb, sehingga jalan kita menjadi mulus dan enak. Tetapi pada kenyataanya, kesukaran dan ujian hidup tetap saja dialami oleh setiap orang.
Pada dasarnya semua orang ingin hidup senang, sejahtera, aman tanpa melewati kesukaran. Ada banyak orang yang beranggapan bahwa kalau kita menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh, maka Tuhan aka menolong dan memberkati kita dalam segala hal, baik dalam kesehatan, keuangan, pekerjaaan, studi, dsb, sehingga jalan kita menjadi mulus dan enak. Tetapi pada kenyataanya, kesukaran dan ujian hidup tetap saja dialami oleh setiap orang.
Disaat menghadapi pencobaan, tidak
jarang biasanya orang akan mulai mempersalahkan orang lain bahkan mulai
menggerutu kepada Allah. Kata “pencobaan” (Yunani: “peirasmos”)
menunjuk kepada penganiayaan dan kesulitan yang datang dari dunia dan
Iblis. Dalam versi Inggris NIV (“supaya kamu menjadi matang”). Matang (Yunani: “teleios”)
mencerminkan pengertian alkitabiah tentang kedewasaan, yang
didefinisikan sebagai hubunan yang benar dengan Allah yang berbuahkan
usaha yang sungguh-sungguh untuk mengasihi Dia dengan sepenuh hati dalam
pengabdian, ketaatan, dan kemurnian (Bdk.Ul 6 : 5; 18 : 13; Mat 22 :
37). Karena itu, dalam Pejanjian Lama jika Musa mengingatkan bahwa kita
harus selalu memiliki ketaatan dan kesetiaan kepada Allah dan
sebagaimana pula dalam Perjanjian Baru ketika Kristus juga telah
meneladankan bagaimana ketaatan dan kesetiaan itu diberlakukan-Nya dalam
kerendahan hati. Dia mengingatkan kita untuk memandang ujian ini
melalui mata iman. Hanya dengan demikian, maka kita dapat melihat
indahnya tujuan dan berkat yang Allah sediakan bagi kita di dalam ujian
itu. Memang kesukaran menyakitkan, tetapi orang yang setia menghadapi
kesukaran, maka kebahagiaan yang dari Kristus nyata bagi kita.
Pembahasan Tematis§ Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Ketika orang Israel berada di dataran Moab menjelang masuknya mereka ke Kanaan Musa menegaskan kembali tentang perintah-perintah yang harus dijalankan. Jika mereka melakukan segenap perintah itu dengan setia maka sesuai dengan apa yang telah dijanjikan Allahdi atas sumpah kepada nenek moyang Israel mereka akan memperoleh hidup, bertambah banyak dan akan memasuki negeri yang dijanjikan itu, Kanaan (Ulangan 8 : 1). Ketaatan menjalankan perintah Tuhan pada dasarnya merupakan bentuk ucapan syukur atas apa yang telah Tuhan lakukan dalam kehidupan umat Israel sepanjang 40 tahu di padang gurun. Selain itu pula, ini dimaksudkan agar supaya umat Israel selalu mengingat bahwa melalui pengalaman tersebut Allah telah menempa, membentuk sikap dan prilaku agar mereka memiliki kerendahan hati. Allah juga hendak melihat sejauh mana ketaatan dan kesetiaan umat Israel berpegang terhadap perintah-Nya, ataukah tidak (Ulangan 8 : 2).
Ketika orang Israel berada di dataran Moab menjelang masuknya mereka ke Kanaan Musa menegaskan kembali tentang perintah-perintah yang harus dijalankan. Jika mereka melakukan segenap perintah itu dengan setia maka sesuai dengan apa yang telah dijanjikan Allahdi atas sumpah kepada nenek moyang Israel mereka akan memperoleh hidup, bertambah banyak dan akan memasuki negeri yang dijanjikan itu, Kanaan (Ulangan 8 : 1). Ketaatan menjalankan perintah Tuhan pada dasarnya merupakan bentuk ucapan syukur atas apa yang telah Tuhan lakukan dalam kehidupan umat Israel sepanjang 40 tahu di padang gurun. Selain itu pula, ini dimaksudkan agar supaya umat Israel selalu mengingat bahwa melalui pengalaman tersebut Allah telah menempa, membentuk sikap dan prilaku agar mereka memiliki kerendahan hati. Allah juga hendak melihat sejauh mana ketaatan dan kesetiaan umat Israel berpegang terhadap perintah-Nya, ataukah tidak (Ulangan 8 : 2).
Pengalaman orang Israel ketika terjadi kelaparan di padang gurun dan hanya hidup denga memakan roti manna dimaksudkan
Allah agar mereka mengerti bahwa untuk hidup bukan dipenuhi oleh dan
untuk hal jasmaniah semata, tetapi lebih penting dari pada itu adalah
ketika manusia melakukan apa yang di Firmankan Allah (Ulangan 8 : 3).
Musa mengingatkan bahwa segala peristiwa yang berlaku atas mereka adalah
bagian dari cara Allah membentuk mereka sebagai umat yang
dikasihi-Nya,bagaikan orang tua yang mendidik anak-anaknya (Ulangan 8 :
4,5). Oleh sebab itulah segenap umat Israel hendaknya taat berpegang
pada perintah Allah sebagai perwujudan dari kesetiaan dan sikap yang
takut akan Dia (Uangan 8 : 6).
Ada
saatnya ujian terhadap kesetiaan dilakukan Tuhan dengan cara merendahkan
hati. Ketika dipuji atau diangkat mudah sekali bagi manusia untuk
menyatakan kesetiaannya, tetapi ketika mengalami keadaan tidak dianggap,
tidak diperhitungkan dan tidak dipuji, adakah kesetiaan itu?
Dalam
Matius 4 : 1-11 ketika Yesus dicobai setelah Ia berpuasa 40 hari dan 40
malam merupakan suatu pelajaran tentang bagaimana kesetiaan dan ketaatan
diteladankan-Nya. Godaan pertama yaitu ketika dalam keadaan yang sangat
direndahkan dengan rasa lapar yang teramat sangat Yesus digodai Ilblis
untuk mengubah batu menjadi roti. Tanggapan Yesus atas godaan tersebut
adalah dengan mengutip apa yang diajarkan Musa, “untuk
hidup bukan dipenuhi dan untuk hal jasmaniah semata, tetapi lebih
penting dari pada itu adalah ketika manusia melakukan apa yang di
Firmankan Allah” (Band. Mat. 4 : 4)
Selanjutnya
untuk yang kedua kali Iblis mencobai Yesus dengan godaan bahwa hakekat
Yesus sebagai Anak Allah adalah suatu hak yang istimewa, oleh karena itu
Yesus patut dilayani, “…Mengenai
Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan
menatang Engkau di atas tanganNya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada
batu.” (Mat. 4 : 6). Iblis
bermaksud untuk menjatuhkan Yesus pada dosa kesombongan atau keangkuhan.
Yesus digoda agar menunjukan kuasaNya untuk hal yang tidak pada
peruntukannya, yaitu kuasa yang seharusnya untuk melayani hendak
diwujudkan sebagai kuasa untuk dilayani. Yesus kembali menolaknya,
sebagaimana apa yang Ia katakan “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Mat.4:7).
Iblis
ternyata idak berhenti sampai disitu, ia (iblis) pun menawarkan godaan
yang ketiga yaitu dengan mengiming-imingi kekuasaan dan kemuliaan yang
akan diberikan kepada-Nya asalkan Yesus mau menyembah dia. Dengan tegas
kembali Yesus menolaknya, sebab Dia tidak gila kuasa, Dia menghadapinya
dengan kerendahan hati, Dia hanya mau menyembah dan melayani Allah.
Akhirnya Yesus pun menampik iblis itu, “Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Mat. 4:10). Maka iblis pun pergi dan malaikat-malaikat datang melayani Dia (Mat.10:11).
Demikianlah kesetiaan dan ketaatan yang telah dinyatakan Yesus yang
dijalankanNya dalam kerendahan hati terbayar dengan suatu kemenangan
yang membawa kehormatan, kemuliaan, kesukacitaan yang sejati, yang
berasal dari Allah.
§ Makna dan Implikasi FirmanAmanat
Musa kepada umat Israel pada intinya menyampaikan bahwa keberadaan umat
yang akan memasuki tanah Kanaan semata-mata adalah perkenanan dari
Tuhan dan oleh karena itu jangan pernah melupakan Tuhan dalam segenap
kehidupan mereka. Selanjutnya sebagai implementasi dari hidup yang tidak
melupakan Tuhan ialah bagaimana umat Israel harus tetap setia dan taat
melakukan perintah-perintah-Nya dalam kerangka ucapan syukur atas segala
kasih dan penyertaan-Nya. Di samping itu, melalui berbagai kesukaran
yang dihadapi umat Israel selama 40 tahun di padang gurun Allah telah
bekerja dalam perjalanan sejarah mereka bahkan telah menempa dan
membentuk kepribadian mereka, dengan membiarkan diri untuk dididik oleh
Allah maka kehidupan akan berubah kearah yang baik. Itulah yang telah
berlaku atas kehidupan umat Israel, dari yang sebelumnya tegar tengkuk,
sombong dan angkuh, berubah menjadi umat yang memiliki kerendahan hati.
Kerendahan hati inilah yang telah diteladankan oleh Yesus ketika Ia
dicobai di padang gurun. Dengan kerendahan hati-Nya telah memampukan Ia
untuk tetap setia dan taat kepada Bapa dan tidak jatuh oleh berbagai
kenikmatan yang ditawarkan iblis kepada-Nya. Demikian halnya dengan
kita, betapa sering kesetiaan kita diuji, yang membawa kita pada situasi
apakah kita berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Memang mungkin kita
merasakan lapar dalam hal ekonomi dan kalaupun kita makan roti dan air
serba sedikit tetapi kalau kita tetap setia maka Allah tetap menyertai
(Yes 30:20-21). Ketika kita menjalani kehidupan ini dengan takut akan
Tuhan maka kita akan dibuatnya tetap setia dan memampukan kita untuk
melakukan segenap perintah-Nya karena manusia hidup bukan hanya dari
roti saja tetapi dari setiap firman Allah.
Pencobaan yang dialami Yesus merupakan perwujudan dari tiga kelemahan
manusia yang menjadi pusat serangan iblis, yaitu keinginan daging,
keinginan mata dan kesombongan hidup. Pada titik-titik kelemahan ini
manusia sering jatuh dan akhirnya meninggalkan kesetiaan terhadap Tuhan.
Oleh sebab itulah, belajar dari kedua bagian pembacaan ini menunjukan
bahwa ada suatu cara ataupun strategi untuk menghadapi setiap pencobaan,
yaitu harus dihadapi dengan Firman Allah serta focus akan tujuan akhir
yakni Kerajaan Allah dengan kebajikan dan kerendahan hati.
Pertanyaan Diskusi
- Dapatkah diungkapkan kembali hubungan dari kedua perikop ini? Dari hubungan tersebut apakah yang menjadi pesannya bagi kehidupan pribadi, keluarga, jemaat, dan masyarakat?
- Bagaimanakah pesan-pesan tersebut diwujudnyatakan sehubungan dengan memaknai minggu-minggu sengsara ini?
Pokok-pokok Doa
- Mensyukuri segala penyertaan dan anugerah Tuhan dalam segenap eksistensi kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, gereja dan bangsa.
- Kemampuan untuk menghadapi dan memaknai berbagai kesukaran hidup agar dapat berubah menjadi berkat yang justru meneguhkan iman kita.
- Memiliki kerendahan hati dalam menjalani minggu-minggu sengsara.
Tata Ibadah yang Diusulkan: Hari Minggu Sengsara I
Nyanyian yang Diusulkan:Persiapan : KJ No.162:1,2
Nyanyian Masuk : KJ No. 407:1
Pengakuan Dosa : NNBT No.11
Pemberitaan Anugerah Allah : NNBT No.12
Ajakan Mengikuti Yesus Di Jalan Sengsara : NNBT No.29
Pembacaan Alkitab : Perjanjian Lama : KJ No.32:2
Persembahan : NNBT No.32
Nyanyian Penutup : NNBT No.35
Nyanyian Masuk : KJ No. 407:1
Pengakuan Dosa : NNBT No.11
Pemberitaan Anugerah Allah : NNBT No.12
Ajakan Mengikuti Yesus Di Jalan Sengsara : NNBT No.29
Pembacaan Alkitab : Perjanjian Lama : KJ No.32:2
Persembahan : NNBT No.32
Nyanyian Penutup : NNBT No.35
Atribut yang Digunakan :Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.http://sinodegmim.org/home/index.php/2012-06-26-02-29-54/mtpj/247-mtpj-17-23-februari-2013.html
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar