TEMA BULANAN | : “Penderitaan sebagai bagian dari proses realisasi iman” |
TEMA MINGGUAN | : “Doa sebagai kekuatan orang pecaya dalam menghadapi tekanan sosial” |
Bahan Alkitab | : Ester 4 : 1-17; Matius 26 : 36-46 |
Alasan Pemilihan Tema
Hidup di bawah tekanan sangat tidak menyenangkan. Siapapun dai maka ia akan berusaha sedapat mungkin keluar dari tekanan itu. Namun sebagai manusia, sering kita tidak berdaya menghadapi beratnya tekanan hidup itu, jika kita hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri. Banyak yang menyerah karena tidak mampu, dengan menyembunyikan diri atau lebih memilih untuk bertahan tanpa berbuat apa-apa. Karena itu kita perlu berdoa.
Bagi orang percaya, doa meruoakan kekuatan dalam
mengadapi berbagai tekanan hidup termasuk tekanan sosial atau tekanan
eksternal (dari luar) yang mempengaruhi hidup kita. Jadi, dengan tema Doa adalah kekuatan orang percaya dalam menghadapi tekanan sosial maka
penulis bermaksud untuk memberikan dorongan dan topangan bagi jemaat.
Sebagai upaya memotivasi dan mencerahkan jemaat untuk tetap eksis dalam
kehidupan.Hidup di bawah tekanan sangat tidak menyenangkan. Siapapun dai maka ia akan berusaha sedapat mungkin keluar dari tekanan itu. Namun sebagai manusia, sering kita tidak berdaya menghadapi beratnya tekanan hidup itu, jika kita hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri. Banyak yang menyerah karena tidak mampu, dengan menyembunyikan diri atau lebih memilih untuk bertahan tanpa berbuat apa-apa. Karena itu kita perlu berdoa.
Pembahasan Tematis§ Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Ester 4 : 1-17, menceritakan
perjuangan seorang perempuan yang bernama Ester. Ia berjuang bersama
saudara-saudara sebangsanya agar terhindar dari pemusnahan masal yang
direncanakan oleh Haman. Alasannya sebetulnya “sepele”, yaitu ia tidak
menerima perlakuan Mordekhai yang tidak berlutut dan sujud kepadanya.
Mordekhai dianggapnya tidak menghargai dan menghormatinya sebagai orang
kedua di dalam pemerintahan raja Persia. Ketidakmampuannya “membenahi”
perasaannya ini dalam hal amarah dan kebencian membuat ia merasa
terlaluhina untuk hanya membunuh Mordekhai saja. Ia merencanakan
memunahkan semua orang Yahudi, yang ada di dalam kerajaan Persia. Niat
ini dilegalkan melalui perundangan. Melalui materai sang Raja,
diumumkanlah titah dan undang-undang : pembunuhan masal orang Yahudi.
Dengan harga sepuluh ribu talenta perak. Ancaman maut ini menyebabkan
terjadinya perkabungan, jeritan, tangisan dan puasa semua orang Yahudi.
Siapa yang dapat membebaskan mereka dari kematian yang mengerikan ini ?
Berita ini, merisaukan hati Ester Sang
Ratu, Persia. Apa yang dapat dilakukannya? Mengandalkan kecantikan dan
kepandaian yang istimewa sebagai Ratu, bukanlah solusi yang terbaik.
Yang ia andalkan adalah kekuatan dan keyakinan yaitu doa dan puasa.
Memohon pertolongan Tuhan dengan berkabung dan meratap selama tiga hari
tanpa makan dan minum bersama dengan seluruh komunitas Yahudi. Itulah
langkah awal yang tepat dan jitu. Sehingga usaha selanjutnya dilihat
sebagai pertolongan Tuhan dan bukan strategi manusia semata.
Ketika Ester memohon karunia dan belas
kasihan Raja untuk bangsanya maka permohonan dikabulkan. Di sini, doa
dan puasa memberi kekuatan dalam menghadapi berbagi bentuk tekanan
sosial termasuk intervensi dan tekanan yang mematikan secara fisik
maupun karakter. Namun bukan isi doanya (kata-kata) atau tindakannya
(cara/puasa) tapi Allah yang berbelas kasihan dan berkemurahan yang
mendengar doa.
Topangan doa dari komunitas Yahudi telah
memberikan Ester kekuatan dan kebeanian untuk mangahadap raja sekalipun
melanggar undang-undang yang berlaku waktu itu, termasuk mengantisipasi
resiko yang bakal dihadapinya… kalau terpaksa aku mati biarlah aku
mati.
Matius 26 : 36-46, inti cerita ini,
melukiskan kesungguhaYesus dalam berdoa di taman Getsemani (artinya alat
memeras minyak). Ia mengungkapkan perasaan-Nya yang terdalam kepada
murid-murid-Nya, “…hatiKu sangat sedih seperti mau mati rasanya”. Di
sini, Ia menempatkan dirinya sangat manusiawi, yang tertekan oleh
kegalauan hati. Ia merasa sedih atas penolakan bangsanya dan kengerian
dari kematian untuk penebusan yang akan dialaminya. Desakan dosa dan
belas kasih-Nya membuat Yesus tidak hanya mengalami tekanan psikis dan
sosial tapi merupakan suatu tekanan yang multikompleks, atas keberdosan
manusia, persekongkolan politik, sosial dan agama. Diperhadapkan dengan
Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia. Jadi Yesus terkurung dan
terhimpit oleh derasnya tekanan.
Berdoa kepada Bapa, dengan doa yang sama
berulang kali, mendandakan bahwa Yesus memohon kekuatan dan pertolongan
Allah. Sebab Ia bergumul sendiri dan sepertinya ditinggal sendiri oleh
sahabat-sahabat-Nya dan juga oleh Allah. Curahan hati yang terdalam ini
disampaikan-Nya di kayu salib, Elli,Eli Lama Sabakhtani, artinya
Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ? (Mat 27 : 46)
§ Makna dan Implikasi Firman
Ester meneladankan cara yang terbaik untuk menghadapi tekanan sosial
yaitu berdoa-puasa. Berdoa-puasa adalah strategi ang paling baik
menghadapi beratnya tekanan. Dengan merendahkan diri serendah-rendahnya
bagaikan tidur di atas debu/abu maka kita mempercayakan pergumulan yang
dihadapi kepada Tuhan. Doa yang disampaikan dari kesungguhan hati
bagaikan anak kunci untuk membuka pintu belas kasih dan kemurahan Tuhan.
Allah bekerja dengan kuasa-Nya melalui permohonan doa kita. Muslihat
dan recana jahat dapat digagalkan oleh kebaikan Allah atas doa yang
disampaikan kepada-Nya.
Ketika
Tuhan Yesus menghadapi tekanan hidup yang sangat kompleks, Ia tidak
sedikitpun menyerah atau dikalahkan olehnya. Ia mengatasinya dengan cara
menyiapkan waktu untuk berdoa di taman Getsemani. Doa di taman
Getsemani bagaikan perjuangan hidup dan mati. Di mana Ia harus memilih
menghadapi semua persoalan yang menekannya dalam ketaatan kepasa
kehendak Bapa, dengan cara memberi diri menghadapi maut. Yesus bisa saja
meminta agar cawan penderitaan tidak diminum-Nya, namun Ia ternyata
lebih memilih kehendak Bapa yang mengutus-Nya, yaitu menderita dan mati
di kayu salib untuk menyelamatkan manusia.
Yesus
memberi contoh yang terbaik untuk berdoa. Tidak hanya sekali tetapi tiga
kali dengan permintaan yang sama. Dengan berdoa, Yesus mendapatkan
kekuatan yang baru untuk menghadapi kematian-Nya. Doa memberikan kita
kekuatan untuk mentaati kehendak Bapa agar tidak jatuh ke dalam
pencobaan dan tidak menyerah oleh pengaruh kedagingan. Keinginan daging,
menunjukan sifat manusia semata, sifat duniawi manusia terpisah dari
pengaruh ilahi, dank arena itu rentan terhadap dosa dan menentang Allah.
Jika
Ester berdoa agar bangsa Yahudi diluputkan dari pembantaian masal oleh
tekanan sosial dan politik waktu itu maka sebaliknya Yesus berdoa agar
diberikan kekuatan untuk menghadapi kematian-Nya. Menghadapi tekanan
karena konspirasi politik, sosial, agama yang adalah bentuk keberdosaan
manusia.
Hal
yang ironis sering terjadi dalam kehidupan kita bahwa adakalanya kita
lebih suka hidup berada dalam tekanan asalkan tidak kehilangan jabatan
dan kekuasaan. Kita rela menjadi mesin ATM atau sapi perah orang lain.
Sebaliknya, ada juga orang yang karena pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilannya yang tidak memadai, selalu berada dalam tekanan sehingga
tak mampu berbut apa-apa karena daya saing lemah. Tapi ada juga karena
agamanya atau suku/keturunannya, sepertinya terpasung, tidak berdaya dan
tidak diberi ruang dan peran, walaupun sangat profesional di bidangnya.
Mereka tidak diberi ruang dan kesempatan memaksimalkan potensinya
karena factor-faktor seperti ini. Menghadapi berbagai tekanan ini,
Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita tidak boleh lari dari persoalan
melainkan kita harus berjuang menghadapinya. Cara yang tepat adalah
berdoa. Karena itu marilah kita membangun komunikasi yang akrab dengan
Tuhan melalui doa di sepanjang hidup kita baik berada dalam tekanan
maupun dalam berjuang untuk hidup.
Pertanyaan Diskusi
- Ceritakanlah kembali dengan kalimat sederhana sesuai bacaan Alkitab ini, cara menghadapi tekanan hidup.
- Bagaimana seharusnya tindakan kita menghadapi berbagai bentuk tantangan dalam dunia kerja, keluarga, pelayanan jemaat dan kehidupan bermasyarakat ?
Nas Pembimbing: Roma 12 : 12
Pokok-pokok Doa (1) Bagi mereka yang mengalami penderitaan dan ketidakadilan karena tekanan sosial.
(2) Orang Percaya agar berdoa-puasa dan berjaga-jaga supaya tidak jatuh dalam pencobaan.
(3) Para pemimpin agar diberikan hikmat untuk bertindak adil, jujur dan benar.
(4) Sistem perundang-undangan yang tidak berpihak pada kebenaran.
(5) Agar Indonesia menjadi rumah yang aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
(2) Orang Percaya agar berdoa-puasa dan berjaga-jaga supaya tidak jatuh dalam pencobaan.
(3) Para pemimpin agar diberikan hikmat untuk bertindak adil, jujur dan benar.
(4) Sistem perundang-undangan yang tidak berpihak pada kebenaran.
(5) Agar Indonesia menjadi rumah yang aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
Tata Ibadah yang Diusulkan: Hari Minggu Sengsara III
Nyanyian yang Diusulkan:Persiapan: NKB No.83:1,4
Sesudah Nas Pembimbing: NNBT No.4
Pengakuan Dosa : NNBT No.10:1
Berita Anugerah Allah: NNBT No.17:3
Ajakan Mengikuti Yesus: KJ No.375
Sesudah Pembacaan Alkitab : KJ No.460
Persembahan: NNBT No.32
Penutup: KJ No.436
Sesudah Nas Pembimbing: NNBT No.4
Pengakuan Dosa : NNBT No.10:1
Berita Anugerah Allah: NNBT No.17:3
Ajakan Mengikuti Yesus: KJ No.375
Sesudah Pembacaan Alkitab : KJ No.460
Persembahan: NNBT No.32
Penutup: KJ No.436
Aribut yang Digunakan :Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar