TEMA BULANAN | : “Penderitaan sebagai bagian dari proses realisasi iman” |
TEMA MINGGUAN | : “Politik versi Pilatus” |
Bahan Alkitab | : “Matius 27 : 11-26 |
Alasan Pemilihan Tema
Politik adalah seni memimpin untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi juga berarti kemauan bersama untuk membangun dan memelihara polis (tempat di mana kehidupan bersama dapat dibina dan dipupuk). Kepemimpinan membutuhkan intelektuaitas diri, kewiwaan dan ketegasan dalam memerintah dan pengambilan keputusan. Benar tetap benar dan salah tetap salah atau benar katakan benar, salah katakana salah. Inilah pertimbangan hukum dan etika yang hakiki sesuai iman dan lendasan hukum yang berlaku.
Politik adalah seni memimpin untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi juga berarti kemauan bersama untuk membangun dan memelihara polis (tempat di mana kehidupan bersama dapat dibina dan dipupuk). Kepemimpinan membutuhkan intelektuaitas diri, kewiwaan dan ketegasan dalam memerintah dan pengambilan keputusan. Benar tetap benar dan salah tetap salah atau benar katakan benar, salah katakana salah. Inilah pertimbangan hukum dan etika yang hakiki sesuai iman dan lendasan hukum yang berlaku.
Saat ini politik telah memainkan peranan
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan telah masuk
dalam wilayah agama dan khusunya gereja. Kenyataan banyak orang
menjadikan gereja sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi dan
politiknya. Dan akhirnya gereja menjadi korban politik ketika ada
oknum-oknum yang terlibat dalam masalah KKN dan masalah lainnya. Politik
hnya dijadikan sarana untuk mencari kekuasaan dan jabatan, apapun
caranya ditempuh.
Persoalan lain, politik dan kekuasaan
sering tak berdaya ketika masyarakat atau kelompok-kelompok massa
menekan Pemerintah, dilain pihak politik pun meng-intervensi wibawa
pemerintah. Bacaan kita saat ini, mau menyoroti pern politik dan wibawa
penguasa untuk menghadirkan keadilan dan kebenaran kepada mereka yang
berhak untuk mendapatkannya.
Pembahasan Tematis§ Pembahasan Tematis
Kisah pengadilan Yesus di hadapan Pilatus dapat dibagi atas llima
bagian: 1. Interogasi terdakwa, ay.11-14; 2. Pilihan antara Yesus dan
Barabas ay.15-18; 3. Pesan Isteri Pilatus, ay.19-20; 4. Tuntutan Massa,
ay.21-23; 5. Pilatus cuci tangan ay.24-26. Pilatus adalah wali negeri
Yudea dan Samaria di tahun 26 sampai 36 M, lewat pengadilannya, Yesus
akhirnya dihukum mati.
Ayat 11-14, dalam keadaan tenang Yesus
dibawa pada wali negeri yaitu Pilatus untuk diadili. Interogasi
langsung dimulai dengan pertanyaan: Engkaukah raja orang Yahudi?
Pertanyaan yang bernuansa politik mulai ditekankan pada Yesus dan inilah
alasan yang diampaikan oleh pemimpin Yahudi kepada Pilatus. Jawab
Yesus, “engkau sendiri yang mengatakannya”. Singkat, padat, jelas namun
mengandung misteri jawaban-Nya karena hanya meneguhkan pertanyaan dan
tidak membuat pengakuan. Kemudian Pilatus, menekan Yesus, tidakkah
Engkau dengar banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau? Ini
dilakukan karena Pilatus tahu Yesus tidak bersalah, maka ia berharap
Yesus memberi komentar untuk membela diri. Namun Yesus hanya diam seribu
bahasa, Ia diam karena diri-Nya hamba Tuhan yang harus menderita
(Yes.53:7). Hal ini membuat Pilatus heran karena Ia tahu Yesus sering
membuat mujizat.
Ayat 15-18, Pilatus berinisiatif
menawarkan pilihan untuk membebaskan seseorang menjelang hari raya
Paskah. Barabas (Anak Bapak) seorang tawanan politik menjadi alternatif
yang disandingkan dengan Yesus untuk dipilih mana yang akan dibebaskan.
Bagi orang Yahudi ia adalah seorang pejuang kemerdekaan. Ayat 19-20,
dalam situasi yang penuh ketegangan isteri Pilatus memberi pesan bahwa:
“Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku
sangat menderita dalam mimpi tadi malam”. Pesan ini menunjuk-kan bahwa
menurut isterinya Yesus tidak bersalah, Ia layak dihormati, Ia tidak
pantas dihukum mati. Sesudah pembelaan yang luar biasa dari orang non
Yahudi, namun orang Yahudi sendiri bertekad untuk membunuh-Nya. Mereka
telah dihasut oleh imam-imam kepala dan tua-tua atau para pemuka agama
untuk membebaskan Barabas dan Yesus harus dihukum mati.
Ayat 21-23, meletuslah dialog yang penuh
drama, Pilatus kembali menawarkan pilihan; “Siapa di antara kedua orang
itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” Massa menjawab dengan
singkat dan jelas: Barabas! Dan kepada Yesus yang disebut Kristus,
mereka katakana pada Pilatus, Ia harus disalibkan! Keputusan yang sesat
dimainkan oleh kedengkian yang telah direkayasa dan menguatkan publik
sehingga kebenaran terlantar dan kandas di bawah tuntutan massa. Politik
dan kekuasaan redup dan tak berdaya, hilang kewibawaan dan ketegasannya
membela kebenaran dan keadilan, sungguh sangat ironis! Pertanyaan
benarkah setiap suara rakyat adalah suara Tuhan ketika diperhadapkan
dengan pengadilan Pilatus? Suara hati menjerit, kebenaran dan keadilan
tergilas oleh kepuasan sesaat yang mengorbankan orang benar, sebuah
fakta mengerikan terjadi di tengah peradaban bangsa yang bermoral dan
bermartabat.
Ayat 24-26, keputusan yang sesat membawa
Pilatus memainkan politik cuci tangan. Ditengah ketidakberdayaan atas
putusan massa, Pilatus masih berusaha mencari celah untuk membenarkan
Yesus: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya”, pertanyaan
yang memiliki kekuatan karena tak ada jawaban, malahan mereka dengan
keras berteriak salibkan Dia. Akhirnya untuk memulihkan nama baik dan
kekuasaannya, Pilatus cuci tangan. Ini adalah kebiasaan Yahudi sebagai
tanda melapaskan diri dari kesalahan (Ul. 21:6; Maz. 73:13). Apa yang
dibuatnya tidak beda dengan rekayasa yang dilakukan oleh para imam untuk
membunuh Yesus. Ia lari dari sebuah pertanggungjawaban kekuasaan dan
politik dimana hukum menjadi panglima untuk mengedepankan keadilan dan
kebenaran. Padahal ia memiliki kuasa untuk membebaskan Yesus tapi ia
takut pada massa dan takut kehilangan kekuasaan. Cerita pengadilan
Pilatus berakhir dengan kepuasan massa yang telah direkayasa oleh
kedengkian dan kesenangan bagi Barabas yang dibebaskan, di lain pihak
keadilan dan kebenaran bahkan hukum terseret, disesah dan tersalib
bersama Yesus yang dijatuhi hukuman mati. Tapi bagi Yesus menjadi korban
rekayasa kedengkian dan iri hati yang dimainkan oleh imam-imam dan
tua-tua. Juga Ia menjadi korban politik Pilatus yang rela mengorbankan
kebenaran demi menjaga kekuasaan.
§ Makna dan Implikasi Firman
Kemauan Politik adalah tindakan atau kebijakan yang menjunjung nilai
moral dan hukum hingga keadilan dan kebenaran diteguhkan. Politik versi
Pilatus adalah politik cuci tangan (lari dari tnggung jawab) dan
politik dagang sapi (tawar menawar untuk membangun koalisi) yang
dimainkan hanya untuk menjaga kekuasaan dan persahabatan walaupun tanpa
ragu memangsa kebenaran.
Saat ini upaya mencari dan menjaga
kekuasaan dibangun lewat bingkai demokrasi dimana uang menjadi pelicin
dan relasi dibina untuk mengamankan posisi walaupun keadilan, kebenaran
dan hukum dikorbankan. Situasi ini sedang dan sementara terjadi dalam
kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya gereja.
Gereja dalam situasi seperti ini
dituntut peran sertanya untuk membangun sebuah demokrasi politik yang
benar-benar menjamin dan mengedepankan kebenaran. Iklim politik harus
dijiwai oleh iman dan etika agar tidak ada orang benar yang diculik,
dibunuh dan diasingkan politik versi Pilatus adalah sebuah sistem yang
keliru dan mengancam stabilitas nasional yang pada akhirnya merusak
tatanan kehidupan sosial yang aman da nyaman, inilah pergumulan gereja
yang harus diperjuangkan.
Pertanyaan Diskusi1.Apa alasan Pilatus menyadingkan Yesus dengan Barabas untuk dipilih dan dibebaskan?
2.Apa pendapat saudara tentang politik cuci tangan yang dimainkan Pilatus?
3.Haruskah Gereja berpolitik? Apa komentar saudara?
2.Apa pendapat saudara tentang politik cuci tangan yang dimainkan Pilatus?
3.Haruskah Gereja berpolitik? Apa komentar saudara?
Nas Pembimbing: Daniel 7 : 27
Pokok-pokok Doa- Orang percaya supaya tetap setia dalam pelayanan walau banyak tantangan.- Hukum menjadi panglima tertinggi dalam kehidupan demokrasi!- Pemerintah dalam program membangun kebenaran, keadilan dan penegakkan supremasi hukum!- Politik berkemauan menjadi garda terdepan membela rakyat!
Tata Ibadah yang Diusulkan: Hari Minggu Sengsara V
Nyanyian yang Diusulkan:Nyanyian masuk: KJ No.14:41
Sesudah Nas Pembimbing: KJ No. 167
Pengakuan Dosa: NKB No.10
Anugerah Allah: KJ No.39:1,2
Sesudah Ajakan: KJ No.376:1,2
Persembahan: KJ No.460
Nyanyian Tekad: NNBT No.29,1,4
Sesudah Nas Pembimbing: KJ No. 167
Pengakuan Dosa: NKB No.10
Anugerah Allah: KJ No.39:1,2
Sesudah Ajakan: KJ No.376:1,2
Persembahan: KJ No.460
Nyanyian Tekad: NNBT No.29,1,4
Aribut yang Digunakan:Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar