Main Hakim Sendiri
Lukas 22 : 49 – 50
Kehadiran Yudas dan segerombilan orang
yang datang untuk menangkap Yesus melahirkan perlawanan yang penuh
emosional dari kalangan murid Tuhan Yesus. Reaksi ini adalah wajar dalam
rangka menganamankan Sang Guru demi keadilan dan kebenaran. Kendati
dalam situasi seperti ini tidak dapat dilakukan sebab yang datang adalah
penguasa duniawi dan agamawi yang mengabdikan keadilan dan kebenaran.
Sekalipun maksud para murid adalah baik teteapi tindakan ‘menyerang
hamba Imam Besar dengan pedang shingga putus telingan kanannya’ adalah
tindakan emosiaonal yang berlebihan sebab hal ini berarti telah jadi
tindakan kriminal/kekerasan.
Dalam mengadapai setaip persoalan rumah
tangga / keluarga atau pribadai marilah kita hadapai dengan cara yang
arif dan bijaksana, hati yang sabar, tengan dan tidak emsional apalagi
main hakim sendiri. Hindarilah kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
Memang kita sering mengalami konflik yang gampang membuat kita emosional
dan mau menyerang /melukai orang lain (musuh). Mengikuti kata hati
dengan penuh emosi hanya memperoleh nikmat sesaat tetapi kesengsaraan
dan penderitaan yang panjang akan dialami. Padahal kita diajar untuk
mencintai/mengasihi sesama sekalipun musuh, tidak menyakiti dan melukai.
Tuhan Yesus yang sengsara menghendaki setiap orang percaya dan umat
ciptaan-Nya untuk saling mengidupkan dan bukan membinasakan. Amin
Doa : Ya Tuhan hindarkan keluarga kami dari tindakan main hakim sendiri yang bisa membuat orang lain terluka dan menderita. Amin
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar