Senin, 18 Maret 2013

MTPJ 17 - 23 Maret 2013

TEMA BULANAN : “Penderitaan sebagai bagian dari proses realisasi iman”
TEMA MINGGUAN : “Politik versi Pilatus”
Bahan Alkitab : “Matius 27 : 11-26

Alasan Pemilihan Tema
     
Politik adalah seni memimpin untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi juga berarti kemauan bersama untuk membangun dan memelihara polis (tempat di mana kehidupan bersama dapat dibina dan dipupuk). Kepemimpinan membutuhkan intelektuaitas diri, kewiwaan dan ketegasan dalam memerintah dan pengambilan keputusan. Benar tetap benar dan salah tetap salah atau benar katakan benar, salah katakana salah. Inilah pertimbangan hukum dan etika yang hakiki sesuai iman dan lendasan hukum yang berlaku.

Saat ini politik telah memainkan peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan telah masuk dalam wilayah agama dan khusunya gereja. Kenyataan banyak orang menjadikan gereja sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi dan politiknya. Dan akhirnya gereja menjadi korban politik ketika ada oknum-oknum yang terlibat dalam masalah KKN dan masalah lainnya. Politik hnya dijadikan sarana untuk mencari kekuasaan dan jabatan, apapun caranya ditempuh.
Persoalan lain, politik dan kekuasaan sering tak berdaya ketika masyarakat atau kelompok-kelompok massa menekan Pemerintah, dilain pihak politik pun meng-intervensi wibawa pemerintah. Bacaan kita saat ini, mau menyoroti pern politik dan wibawa penguasa untuk menghadirkan keadilan dan kebenaran kepada mereka yang berhak untuk mendapatkannya.
Pembahasan Tematis§ Pembahasan Tematis    Kisah pengadilan Yesus di hadapan Pilatus dapat dibagi atas llima bagian: 1. Interogasi terdakwa, ay.11-14; 2. Pilihan antara Yesus dan Barabas ay.15-18; 3. Pesan Isteri Pilatus, ay.19-20; 4. Tuntutan Massa, ay.21-23; 5. Pilatus cuci tangan ay.24-26. Pilatus adalah wali negeri Yudea dan Samaria di tahun 26 sampai 36 M, lewat pengadilannya, Yesus akhirnya dihukum mati.
Ayat 11-14, dalam keadaan tenang Yesus dibawa pada wali negeri yaitu Pilatus untuk diadili.  Interogasi langsung dimulai dengan pertanyaan: Engkaukah raja orang Yahudi? Pertanyaan yang bernuansa politik mulai ditekankan pada Yesus dan inilah alasan yang diampaikan oleh pemimpin Yahudi kepada Pilatus. Jawab Yesus, “engkau sendiri yang mengatakannya”. Singkat, padat, jelas namun mengandung misteri jawaban-Nya karena hanya meneguhkan pertanyaan dan tidak membuat pengakuan. Kemudian Pilatus, menekan Yesus, tidakkah Engkau dengar banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau? Ini dilakukan karena Pilatus tahu Yesus tidak bersalah, maka ia berharap Yesus memberi komentar untuk membela diri. Namun Yesus hanya diam seribu bahasa, Ia diam karena diri-Nya hamba Tuhan yang harus menderita (Yes.53:7). Hal ini membuat Pilatus heran karena Ia tahu Yesus sering membuat mujizat.
Ayat 15-18, Pilatus berinisiatif menawarkan pilihan untuk membebaskan seseorang menjelang hari raya Paskah. Barabas (Anak Bapak) seorang tawanan politik menjadi alternatif yang disandingkan dengan Yesus untuk dipilih mana yang akan dibebaskan. Bagi orang Yahudi ia adalah seorang pejuang kemerdekaan. Ayat 19-20, dalam situasi yang penuh ketegangan isteri Pilatus memberi pesan bahwa: “Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam”. Pesan ini menunjuk-kan bahwa menurut isterinya Yesus tidak bersalah, Ia layak dihormati, Ia tidak pantas dihukum mati. Sesudah pembelaan yang luar biasa dari orang non Yahudi, namun orang Yahudi sendiri bertekad untuk membunuh-Nya. Mereka telah dihasut oleh imam-imam kepala dan tua-tua atau para pemuka agama untuk membebaskan Barabas dan Yesus harus dihukum mati.
Ayat 21-23, meletuslah dialog yang penuh drama, Pilatus kembali menawarkan pilihan; “Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” Massa menjawab dengan singkat dan jelas: Barabas! Dan kepada Yesus yang disebut Kristus, mereka katakana pada Pilatus, Ia harus disalibkan! Keputusan yang sesat dimainkan oleh kedengkian yang telah direkayasa dan menguatkan publik sehingga kebenaran terlantar dan kandas di bawah tuntutan massa. Politik dan kekuasaan redup dan tak berdaya, hilang kewibawaan dan ketegasannya membela kebenaran dan keadilan, sungguh sangat ironis! Pertanyaan benarkah setiap suara rakyat adalah suara Tuhan ketika diperhadapkan dengan pengadilan Pilatus? Suara hati menjerit, kebenaran dan keadilan tergilas oleh kepuasan sesaat yang mengorbankan orang benar, sebuah  fakta mengerikan  terjadi di tengah peradaban bangsa yang bermoral dan bermartabat.
Ayat 24-26, keputusan yang sesat membawa Pilatus memainkan politik cuci tangan. Ditengah ketidakberdayaan atas putusan massa, Pilatus masih berusaha mencari celah untuk membenarkan Yesus: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya”, pertanyaan yang memiliki kekuatan karena tak ada jawaban, malahan mereka dengan keras berteriak salibkan Dia. Akhirnya untuk memulihkan nama baik dan kekuasaannya, Pilatus cuci tangan. Ini adalah kebiasaan Yahudi sebagai tanda melapaskan diri dari kesalahan (Ul. 21:6; Maz. 73:13). Apa yang dibuatnya tidak beda dengan rekayasa yang dilakukan oleh para imam untuk membunuh Yesus. Ia lari dari sebuah pertanggungjawaban kekuasaan dan politik dimana hukum menjadi panglima untuk mengedepankan keadilan dan kebenaran. Padahal ia memiliki kuasa untuk membebaskan Yesus tapi ia takut pada massa dan takut kehilangan kekuasaan. Cerita pengadilan Pilatus berakhir dengan kepuasan massa yang telah direkayasa oleh kedengkian dan kesenangan bagi Barabas yang dibebaskan, di lain pihak keadilan dan kebenaran bahkan hukum terseret, disesah dan tersalib bersama Yesus yang dijatuhi hukuman mati. Tapi bagi Yesus menjadi korban rekayasa kedengkian dan iri hati yang dimainkan oleh imam-imam dan tua-tua. Juga Ia menjadi korban politik Pilatus yang rela mengorbankan kebenaran demi menjaga kekuasaan.
§ Makna dan Implikasi Firman     Kemauan Politik adalah tindakan atau kebijakan yang menjunjung nilai moral dan hukum hingga keadilan dan kebenaran diteguhkan. Politik versi Pilatus adalah politik cuci tangan (lari dari tnggung jawab) dan politik dagang sapi (tawar menawar untuk membangun koalisi) yang dimainkan hanya untuk menjaga kekuasaan dan persahabatan walaupun tanpa ragu memangsa kebenaran.
Saat ini upaya mencari dan menjaga kekuasaan dibangun lewat bingkai demokrasi dimana uang menjadi pelicin dan relasi dibina untuk mengamankan posisi walaupun keadilan, kebenaran dan hukum dikorbankan. Situasi ini sedang dan sementara terjadi dalam kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya gereja.
Gereja dalam situasi seperti ini dituntut peran sertanya untuk membangun sebuah demokrasi politik yang benar-benar menjamin dan mengedepankan kebenaran. Iklim politik harus dijiwai oleh iman dan etika agar tidak ada orang benar yang diculik, dibunuh dan diasingkan politik versi Pilatus adalah sebuah sistem yang keliru dan mengancam stabilitas nasional yang pada akhirnya merusak tatanan kehidupan sosial yang aman da nyaman, inilah pergumulan gereja yang harus diperjuangkan.
Pertanyaan Diskusi1.Apa alasan Pilatus menyadingkan Yesus dengan Barabas untuk dipilih dan dibebaskan?
2.Apa pendapat saudara tentang politik cuci tangan yang dimainkan Pilatus?
3.Haruskah Gereja berpolitik? Apa komentar saudara?
Nas Pembimbing: Daniel 7 : 27
Pokok-pokok Doa- Orang percaya supaya tetap setia dalam pelayanan walau banyak tantangan.- Hukum menjadi panglima tertinggi dalam kehidupan demokrasi!- Pemerintah dalam program membangun kebenaran, keadilan dan penegakkan supremasi hukum!- Politik berkemauan menjadi garda terdepan membela rakyat!
Tata Ibadah yang Diusulkan: Hari Minggu Sengsara V
Nyanyian yang Diusulkan:Nyanyian masuk: KJ No.14:41
Sesudah Nas Pembimbing: KJ No. 167
Pengakuan Dosa: NKB No.10
Anugerah Allah: KJ No.39:1,2
Sesudah Ajakan: KJ No.376:1,2
Persembahan: KJ No.460
Nyanyian Tekad: NNBT No.29,1,4
Aribut yang Digunakan:Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar